pemimpin adalah motivator bukan manipulator

Seorang tukang daging heran ketika melihat ada anjing yang masuk ke tokonya, dia beberapa kali mencoba mengusir anjing itu, tetapi beberapa kali juga anjing itu selalu kembali lagi ke tokonya.
“Dengan penuh tanda tanya, akhirnya tukang daging tersebut mulai mendekati dan mengamati anjing tersebut. Penjual daging itu terkejut ketika ia mendapati bahwa ada sebuah kertas kecil yang tergantung di leher anjing itu dan bertuliskan : “Berikan aku 12 sosis dan 1 paha kambing”. Penjual daging itupun makin terkejut lagi ketika ia mendapati bahwa anjing itu juga menggigit uang 20 dollar – jumlah yang cukup untuk membeli ‘pesanan’ anjing itu.
“Dengan merasa agak aneh, penjual daging itu mengambil uang dari mulut anjing itu, menyiapkan ‘pesanannya’, membungkus 12 sosis dan 1 paha kambing ke dalam sebuah tas plastik, lalu memberikannya kepada anjing itu. Anjing itu pun dengan sigap menggigit pegangan tas plastik itu … lalu ngeloyor pergi.
“Penjual daging sangat penasaran dengan anjing tersebut. Kebetulan saat itu sekitar pukul 5 sore.. “Waktu tutup toko !” penjual daging itu berkata. Ia lalu bergegas menutup tokonya secepat mungkin, dan segera mengikuti ke mana anjing itu pergi.
“Saat anjing itu akan menyeberangi jalan – penjual daging mengamatinya – anjing itu meletakkan tas plastiknya, lalu melompat untuk menekan Tombo Penyeberangan. Sesaat, anjing itu menunggu lalu-lintas aman, dan anjing itu pun menyeberang jalan bersama tas plastiknya.
“Disudut jalan, anjing itu berhenti di sebuah halte bus, lalu mengamati Jadwal Bus yang ada di situ. Lalu dengan sabar, anjing itu duduk di kursi tunggu – menunggu bus datang.
” Sebuah bus pun datang, anjing itu segera berlari-lari berusaha melihat bagian belakang bus – yang biasanya terpampang no seri tujuannya, rupanya itu bukan bus yang ia cari, dan anjing itu pun kembali duduk di kursi tunggu.
“Beberapa menit kemudian, bus lain datang. Seperti tadi, anjing itu langsung berlari ke belakang bus untuk melihat nomor serinya. Dan dengan segera, anjing – dengan tas plastik yang masih dimulutnya – segera bergegas masuk ke dalam bus. Si tukang daging pun ikut-ikutan masuk ke dalam bus – kali ini dengan mulut melongo.
“Setelah sekitar 20 menit perjalanan, Anjing itu pun lalu turun di depan sebuah rumah megah, sambil berlari-lari kecil dengan barang bawaannya, anjing itu masuk ke pelataran rumah itu. Sang tukang daging pun juga ikut turun dari bus dan mengamatinya.
“Saat sampai di depan pintu depan, anjing itu lalu meletakkan barang bawaannya di tangga – mundur beberapa langkah – lalu lari dan membenturkan badannya ke pintu. Hal ini dilakukannya beberapa kali.
“Merasa tidak berhasil membuka pintu depan, anjing itu lalu berlari ke samping rumah – memanjat tembok kecil yang ada di situ – lalu membentur-benturkan kepalanya pada sebuah jendela. Lalu ia turun dan segera berlari ke depan pintu depan lagi.
“Beberapa saat kemudian seorang pria gemuk keluar dari pintu depan, sambil berteriak, “Dasar anjing bodoh !” Pria itu pun membentak-bentak anjing itu, memukulnya, dan menendangnya, sambil mengumpat beberapa kali.
“Merasa ‘tidak terima’ , si tukang daging itu pun menghampiri si pemilik rumah sambil berseru, “Hey ! apa yang kau lakukan ? anjing ini jenius, bahkan anjingmu ini layak untuk muncul di TV !”
Tidak mau kalah, Pria pemilik rumah itu pun menjawab, “Apa kau bilang ? jenius ?” Pria gemuk itu melanjutkan, “Sudah dua kali dalam seminggu – anjing ini lupa membawa kunci pintu depan ! benar-benar bodoh ! dasar anjing tolol !”.
…Orang kadang kala tidak pernah puas dengan apa yang ia dapatkan. Seperti halnya dalam perusahaan, sering kita lihat, bahwa pimpinan sering tidak tau bagaimana cara menghargai pegawai-pegawainya – yang telah dengan setia melayani dan ‘mencarikan uang’ baginya. Saya sendiri sering sekali melihat, bagaimana banyak perusahaan kehilangan orang-orang terbaiknya – karena sang pemimpin gagal memberikan penghargaan yang pantas bagi para pegawainya.
Pegawai seringkali harus pasrah menerima kenyataan, bahwa bagaimanapun pimpinan tetap memiliki kekuatan dan otoritas yang ‘tak terlawan’. Si pimpinan sendiri pun terus berusaha menonjolkan superioritasnya – lewat cara mereka memberikan perintah dan ‘teladan’ – seolah-olah ‘aku’ adalah ‘luar biasa’ dan ‘segalanya’.
Kalo boleh dibilang, mereka ini adalah orang-orang tolol. Dan semua orangpun tahu akan hal ini (kecuali mereka sendiri). Mereka tidak akan pernah puas, sekalipun orang-orang telah memberikan pelayanan terbaiknya.
Orang orang seperti ini tidak akan pernah mau menerima opini dan ide dari orang-orang dibawahnya. Kenapa ? karena mereka terlalu bangga pada dirinya sendiri.
Kenapa mereka tidak pernah puas ? karena mereka terlalu sibuk menutupi kekurangannya sendiri – dan kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa mereka ‘tidak sempurna’. Padahal, fakta selalu membuktikan bahwa orang yang produktif adalah orang yang lebih berorientasi pada “others-centered” dari pada “self-centered”.
Ada sebuah konsep terindah : pimpinan bukan berarti ‘penekan’, melainkan sebagai ‘pendorong’ . Ia adalah seorang ‘motivator’ bukannya ‘manipulator’. Kebahagiaannya adalah ketika ia dapat melihat bawahannya dapat bekerja penuh semangat, tanpa terpaksa, tanpa harus diawasi, dan tanpa diancam.


0 komentar